CN235 sedang dalam penyelesaian di hanggar PTDI (Foto: Feby/detikFinance) |
Selain itu, PTDI terlilit berbagai macam utang. Namun mulai tahun 2010 ke atas atau pasca program restrukturisasi, PTDI mulai beranjak dari lobang keterpurukannya.
Produk pesawat karya anak bangsa ini mulai dilirik oleh negara Asia Tengga (ASEAN). Pada penghujung tahun 2013, perseroan berhasil menjual 2 unit pesawat baling-baling tipe NC212i kepada militer Filipina. Nilai kotrak 2 unit NC212i sebesar US$ 18 juta.
"Kita menang 2 unit NC212i di proyek Light Lift Aircraft nilai budget US$ 18 juta," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh.
Kabar gembira kembali hadir pada bulan September 2014, PTDI berhasil menjadi pemenang pengadaan pesawat untuk Thailand. PTDI menjual burung besi buatan Bandung tipe CN235-200 M senilai US$ 31,2 juta.
Tidak hanya menjual pesawat, PTDI juga menjadi pemasok komponen-komponen untuk produsen pesawat dunia, Airbus dan Boeing. Tipe pesawat yang komponennya dibikin oleh PTDI, antara lain: A380, A320, A330, A350, hingga Boeing 747.
Selain ke luar negeri, PTDI mulai kebanjiran order pesawat dan helikopter dari TNI. Pada tahun 2013, PTDi berhasil mencatat laba bersih Rp 10,27 miliar sedangkan target perolehan laba hingga akhir tahun 2014 senilai Rp 66,54 miliar.
PTDI sendiri pada tahun 2015 berencana meluncurkan pesawat penumpang varian terbaru yakni N219. Selain itu, PTDI bersama Kementerian Pertahanan tengah mengembangkan pesawat tempur generasi 4.5. Pesawat ini diberi nama jet tempur KFX/IFX.
"Pak Jokowi, Kalau Bisa Mampir ke PTDI"
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pesawat terbang, PT Dirgantara Indonesia (Persero) memiliki harapan besar kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
PTDI yang punya program pengembangan pesawat komersial dan militer ini berharap presiden baru RI tersebut bisa mampir untuk menengok fasilitas pengembangan dan pembuatan pesawat di Bandung, Jawa Barat.
"Belum pernah ketemu Pak Jokowi. Pak Jokowi kalau bisa mampir melihat PTDI," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (20/10/2014).
Proyek terdekat yang dikembangkan PTDI adalah pesawat penumpang berbadan kecil, N219. Pesawat ini rencananya diluncurkan ke publik (roll out) mulai tahun depan.
"Kita akan aplikasi sertifikasi. Dilakukan di Kemenhub mulai awal tahun hingga tahun 2017. Sertifikasi perlu 3 tahun setelah itu langsung produksi," jelasnya.
Proses penjualan pesawat tentunya membutuhkan dukungan pemerintah seperti skema pembiayaan dari perbankan lokal layaknya diterima oleh produsen pesawat dunia.
"Kita belum mampu beri financing tapi kalau Lion beli pesawat dari Boeing, dia adafinancing dari pemerintah AS," paparnya.
Andi mengaku pesawat N219 saat ini telah dilirik oleh beberapa maskapai dan pemerintah daerah. PTDI mengantongi niat pembelian (letter of intent) sebanyak 150 unit.
Burung besi N219 dipatok US$ 4 juta sampai US$ 5 juta per unit. Saat ini komponen lokal baru sekitar 40%.
"Yang letter of intent ada 150. Kemarin dapat order dari Pemda, Lion Group dan PT NBA (Nusantara Buana Air)," jelasnya.
PTDI yang punya program pengembangan pesawat komersial dan militer ini berharap presiden baru RI tersebut bisa mampir untuk menengok fasilitas pengembangan dan pembuatan pesawat di Bandung, Jawa Barat.
"Belum pernah ketemu Pak Jokowi. Pak Jokowi kalau bisa mampir melihat PTDI," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (20/10/2014).
Proyek terdekat yang dikembangkan PTDI adalah pesawat penumpang berbadan kecil, N219. Pesawat ini rencananya diluncurkan ke publik (roll out) mulai tahun depan.
"Kita akan aplikasi sertifikasi. Dilakukan di Kemenhub mulai awal tahun hingga tahun 2017. Sertifikasi perlu 3 tahun setelah itu langsung produksi," jelasnya.
Proses penjualan pesawat tentunya membutuhkan dukungan pemerintah seperti skema pembiayaan dari perbankan lokal layaknya diterima oleh produsen pesawat dunia.
"Kita belum mampu beri financing tapi kalau Lion beli pesawat dari Boeing, dia adafinancing dari pemerintah AS," paparnya.
Andi mengaku pesawat N219 saat ini telah dilirik oleh beberapa maskapai dan pemerintah daerah. PTDI mengantongi niat pembelian (letter of intent) sebanyak 150 unit.
Burung besi N219 dipatok US$ 4 juta sampai US$ 5 juta per unit. Saat ini komponen lokal baru sekitar 40%.
"Yang letter of intent ada 150. Kemarin dapat order dari Pemda, Lion Group dan PT NBA (Nusantara Buana Air)," jelasnya.
0 Response to "Kebangkitan PTDI, Ekspor Pesawat Made in Bandung ke ASEAN"
Posting Komentar