Profil heli yang mampa membawa hingga 16 orang ini agak unik. Kursi penerbang berada di atas kabin penumpang, sehingga penumpang bisa melihat pilot dan kopilot nangkring di atas saat mengemudikan pesawat.
Namun sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan operasional, mesin piston R-1820-84 dinilai terlampau “lemah” ketika operasional. Untuk mengatasi masalah ini, pada dasawarsa 80-an Sikorsky memperkenalkan kit mesin pengganti: dua mesin Turboshaft Pratt & WhitneyPT-6T-3/6 berkekuatan 1.875 shp. Heli pun berubah kode, dari S-58 menjadi S-58T Twin Pac. TNI AU yang mempunyai S-58 atau U(utility)H-34D hasil pengadaan pada 1962, ikut pula mengganti.
Akibat pergantian mesin, bentuk heli sedikit berubah. Khususnya pada bagian hidung, dari yang semula bundar setengah bola menjadi lonjong dan seolah memiliki “dua lubang hidung”. Dari bagian hidung, putaran mesin “dikirim” ke pemutar baling-baling utama melalui batang yang biasa disebut main drive shaft.
Dengan mesin baru tersebut, heli menjadi lebih bertenaga dan gesit. Gaining power heli menjadi lebih tinggi. Alhasil, pesawat bisa take-off secara cepat, segera memperoleh speeduntuk naik, dan kalau perlu dapat segera berbelok tajam. Kelebihan ini jelas amat diperlukan dalam pengoperasiannya di wilayah konflik, sebagai misal ketika harus menghindar dar serangan darat.
S-58T Twin Pac yang dikenal dengan julukan Codot ikut dalam berbagai operasi. Heli yang dulunya tergabung dalam Skadron Udara 6 ikut tercatat terjun dalam berbagai operas militer di seluruh pelosok negeri. Di antara pengalaman terbangnya, ia ikut pula hadir dalam berbagai operasi bhakti. SAR, dan olahraga dirgantara, selain itu di operasi militer di Papua/Irian, Aceh, Timor. Selain Indonesia, negara lain yang mengoperasikan S-58T adalah Amerika, Thailand, Uruguay, dan Argentina. Saat ini S-58T milik Skadron Udara 6 ini sudah pensiun, dan digantikan dengan SA-332 Super Puma.
0 Response to "Sikorsky S-58T Digantikan Oleh SA-332 Super Puma"
Posting Komentar